
PMnews – Dalam karya Nitobe Inazo tahun 1899 menjelajahi jalan samurai, Bushido, pedang Muramasa dijuluki sebagai ‘Jiwa Samurai’.
Muramas sengo adalah seorang ahli pedang yang hidup pada zaman Muramachi (antara abad 14 – 16 Masehi).
Dalam beberapa legenda, Muramasa digambarkan sebagai murid Masamune, meskipun ini secara historis tidak mungkin, karena Masamune hidup beberapa abad sebelum Muramasa.
Muramasa digambarkan sebagai orang yang benar-benar gila dan rentan dengan kekerasan.
Baca juga : Norimitsu Odachi, Pedang Raksasa dari Jepang Abad ke-15
Oleh karena itu diyakini bahwa kualitas destruktif ini diteruskan oleh ahli pedang ini ke dalam bilah yang dia tempa.
Pedang itu kemudian akan ‘memiliki’ pemiliknya, mengubahnya menjadi prajurit yang gila dan mematikan, sama seperti Muramasa sendiri.
Pedang Muramasa sering dibandingkan dengan pedang Masamune.
Dalam salah satu legenda, Muramasa, yang dikatakan sebagai murid Masamune, menantang gurunya untuk mengikuti kompetisi pembuatan pedang.
Baca juga : Becerillo: Anjing Perang Terganas Milik Juan Ponce de Leon
Ini untuk menentukan siapa ahli pedang terhebat di negara ini.
Setelah kedua ahli pedang menyelesaikan pedang mereka, mereka bersiap untuk menguji senjata mereka.
Kontesnya seperti ini: Pedang itu harus digantung di sungai dengan ujung yang tajam menghadap ke arus.
Bilah pedang Muramasa memotong semua yang melewatinya, termasuk ikan, daun, dan bahkan udara.
Baca juga: Khopesh, Pedang Mesir yang Melegenda
Sebaliknya, pedang Masamune gagal memotong apapun.
Terlepas dari ini, Masamune dinyatakan sebagai pemenang, karena pedang Muramasa haus darah dan memotong tanpa pandang bulu.
Sementara milik Masamune tidak memotong dan membunuh dengan sia-sia.
Terlepas dari reputasi buruk tentang pedang yang ditempa oleh Murasama, tidak dapat disangkal bahwa pedang itu berkualitas tinggi, dan populer di Jepang.
Baca juga : Anjing Perang, Senjata Mematikan Jaman Dulu
Ini terbukti dalam fakta bahwa sekolah pembuatan pedangnya diturunkan kepada murid-muridnya dan berlanjut selama dua abad berikutnya.
Pada masa pemerintahan Togugawa Ieyasu, shogun pertama pada periode Edo, pedang Muramasa tidak lagi disukai.
Ayah shogun, Matsudaira Hirotada, dan kakeknya, Matsudaira Kiyoyasu, keduanya dibunuh oleh pengikut mereka yang memegang pedang Muramasa.
Shogun sendiri juga ditikam oleh pisau Muramasa saat memeriksa yari (jenis tombak Jepang) dari salah satu jenderalnya.
Baca juga: Fans MU Pilih Lisandro Martinez Jadi Pemain Terbaik Bulan Agustus
Kebetulan ini memunculkan legenda bahwa pedang Muramasa memiliki kekuatan untuk membunuh anggota keluarga Tokugawa.
Akibatnya, shogun memutuskan untuk melarang kepemilikan pedang Muramasa. Banyak bilah dilebur, meskipun beberapa disembunyikan.
Larangan itu ditanggapi serius oleh shogun, dan mereka yang tertangkap menyimpan pedang Muramasa akan dihukum berat.
Kasus yang paling menonjol adalah kasus Takanak Ume, Hakim Nagasaki.
Pada tahun 1634, hakim ini telah menimbun 24 bilah Muramasa, dan dengan demikian diperintahkan untuk melakukan seppuku (ritual bunuh diri dengan mengeluarkan isi perut).
Baca juga : Fans MU Pilih Lisandro Martinez Jadi Pemain Terbaik Bulan Agustus
Terlepas dari hukuman yang begitu keras, ada saja orang-orang yang terus menyimpan pedang Muramasa.
Bahkan tanda pada pedang ini diubah untuk menghindari deteksi dari pihak berwenang.
Selain itu, banyak pemalsuan telah dilakukan sepanjang tahun, sehingga cukup sulit saat ini untuk mengidentifikasi bilah Muramasa yang asli.
Sebagai simbol keterampilan membuat pedang yang unggul dari Jepang, bilah Muramasa juga telah dimasukkan ke dalam budaya populer saat ini.
Referensi ikon ini dapat ditemukan di berbagai media mulai dari video game hingga anime Jepang bahkan di Marvel Universe.***