Urin/Pixabay/Ewa Urban
Urin/Pixabay/Ewa Urban

PMnews – Pemeriksaan urine sebagai metode diagnosis medis merupakan hal yang biasa dalam dunia kedokteran.

tetapi selama Abad Pertengahan pemeriksaan sampel urine oleh dokter tidak hanya memperhatikan perbedaan warna dan konsistensi, mereka juga biasa mengecap dan mencium kencing pasien mereka.

Selama Abad Pertengahan, secara sosial dianggap tabu untuk memeriksa pasien secara langsung, atau bahkan melepaskan pakaiannya.

Baca juga: Mansa Musa Orang Terkaya Dalam Sejarah, Hancurkan Ekonomi Mesir Hanya dengan Melewatinya

Oleh karena itu, mengamati urine seseorang adalah alternatif untuk mendiagnosis penyakit pasien.

Pada periode ini Urologi sangat terbantu oleh perkembangan bagan “roda urine” (sebuah gambar bagan dengan warna urine yang menjelaskan penyakit sesuai warna).

Intinya, bagan inilah yang membantu dokter abad pertengahan dalam mendiagnosis penyakit pasiennya.

Bagan roda urine dibagi menjadi 20 bagian yang berbeda, yang masing-masing menunjukkan warna urine yang berbeda.

Baca juga: Ternyata Universitas Oxford Lebih Tua dari Peradaban Aztec

Dokter abad pertengahan juga mengandalkan indera perasa dan penciuman, karena rasa dan bau urine pasien dipengaruhi oleh penyakit yang mereka derita, dan umumnya berhubungan dengan warna tertentu.

Variasi bau dan rasa urine juga dijelaskan dalam roda urine. Sebagai contoh, dokter Inggris abad ke-17 Thomas Willis mencatat bahwa urine seorang pasien diabetes terasa ”manisnya luar biasa, seolah-olah dibubuhi madu atau gula”.

Adalah Willis yang menciptakan istilah ‘mellitus’ (artinya ‘dimaniskan dengan madu’) pada diabetes mellitus, bahkan penyakit ini pernah dikenal sebagai ‘penyakit Willis’.

Baca juga: Perang Inggris – Zanzibar, Hanya 38 Menit Namun Mengorbankan 500 Orang

Uroskopi dan roda urine terus digunakan oleh dokter Eropa untuk mendiagnosis pasien mereka, tanpa memandang status sosial, hingga pertengahan abad ke-19.

 

Urine Raja George III dari Inggris, misalnya, dilaporkan berwarna ungu, dan itu mungkin merupakan tanda bahwa ia menderita porfiria, yaitu penyakit yang berdampak negatif pada sistem saraf.

Menjelang akhir abad ke-19, analisis kimia mulai digunakan untuk pemeriksaan urine. Akibatnya, uroskopi dan roda urine tidak digunakan lagi dan dokter tidak perlu lagi mencicipi air kencing pasien mereka.

 

Artikulli paraprakMansa Musa Orang Terkaya Dalam Sejarah, Hancurkan Ekonomi Mesir Hanya dengan Melewatinya
Artikulli tjetërUniversitas Tertua di Dunia Didirikan Oleh Seorang Wanita Muslim

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini