
PMnews – Rencana pemerintah menaikan BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar, mengancam keberlangsungan jasa logistik.
Walaupun saat ini belum ada kejelasan keputusan pemerintah soal BBM, yang kabarnya akan diumumkan hari ini Rabu, 31 Agustus 2022.
Sugi Pranoto, Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI) mengatakan, sektor logistik bisa langsung lumpuh saat kenaikan BBM.
Baca juga: Harga Pertalite dan Solar Naik per 1 September, Simak Perkiraan Harga Barunya
“Kalau bicara efek kenaikan harga BBM ke sektor logistik ada yang bisa langsung lumpuh, berhenti tidak beroperasi. Jika tidak ada kesepakatan antara penyedia jasa atau operator dengan pengguna jasa. Dan, ini bisa mengganggu rantai pasok barang,” kata Sugi pada Rabu, 31 Agustus 2022.
Sugi juga menambahkan, kenaikan BBM mempengaruhi kelancaran distribusi dimana setiap kenaikan Rp1000 pada solar, akan berpengaruh langsung pada kenaikan tarif sekitar 6-8 %.
Sedangkan setiap kenaikan Rp1000 pada BBM jenis pertalite akan berpengaruh pada kenaikan biaya transportasi logistik sekitar 5-6 %.
Baca juga: Dampak Kenaikan BBM, Angka Kemiskinan Melonjak
“Misalnya, operator logistik dari produsen ke distributor, nggak sepakat tarif naik karena harga BBM naik. Bisa saja langsung berhenti. Akibatnya, distribusi barang bisa lumpuh. Beda kalau seperti tiket pesawat. Mau naik atau nggak kan nggak bisa nawar, memang penumpang harus beli segitu,” jelasnya.
Untuk itu Sugi berharap pemerintah masih bisa mengambil keputusan selain menaikkan harga BBM bersubsidi.
Yaitu dengan membatasi konsumsi Bahan Bakar Minyak jenis tertentu.
“Langsung saja tetapkan, sebutkan, mobil ini itu, nggak boleh pakai BBM bersubsidi. Nggak boleh pakai solar subsidi, nggak boleh pakai Pertalite. Kalau ada SPBU yang melanggar, langsung kena sanksi. Mobil pelat merah juga nggak boleh pakai Pertalite,” kata Sugi.
Sugi menambahkan, konsumsi yang tidak sesuai kelas jadi penyebab utama kelangkaan BBM bersubsidi di Indonesia.***