Karung goni identik dengan bahan yang digunakan untuk menyimpan bahan pangan. Namun, di tangan Sahrini Wilar, warga asal Kelurahan Kotobangon, Kecamatan Kotamobagu Timur ini, karung goni disulap menjadi produk bernilai ekonomis.

Awal mulanya, wanita 55 tahun ini mendapat ide untuk membuka usaha ketika suaminya meninggal, kemudian melihat karung goni bekas dan mencoba membuat tas kecil untuk menyimpan ponsel genggam sebanyak 10 buah. Sahrini mengaku sudah dua tahun ini menjadi pengrajin karung goni.

“Awal-awal malu menjualnya, namun anak kedua saya mengeluarkan dan memajang tas dari karung goni itu. Tak disangka ternyata laku semuanya,” ujarnya.

Kemudian mencoba lagi dengan berbagai kreasi tambahan luar berupa kain batik dan aksesoris lainnya, dan ternyata habis terjual. Bahkan pernah ada bule (warga negara asing) memborong 10 tas untuk oleh-oleh ke negaranya.

“Yang datang dari Turki dan Belanda bersama penerjemahnya. Bahkan sempat berbincang-bincang soal cara membuat tas karung goni. Saking bangganya, bule itu memberi uang 1 juta untuk membayar 10 buah tas kecil. Padahal harga tas kecil hanya 50 ribu,” ungkap Ibu dua anak ini.

Sahrini dan keluarganya yang tinggal di kompleks patung bogani ini juga mengatakan, produk yang dijual ada ukuran kecil dan besar dengan harga Rp50 ribu sampai Rp150 ribu. Sedangkan dari satu buah karung goni setiap hari bisa menghasilkan 7 sampai 8 tas ukuran kecil, namun untuk ukuran besar hanya 5 buah tas saja.

“Bentuk dan modelnya kreasi sendiri. Rasa syukur setiap hari bisa laku 4 sampai 5 buah tas karung goni. Dan semuanya dijahit menggunakan mesin jahit manual pedal kaki,” kata Sahrini.

Bahkan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ia mencoba membuat dream catcher atau penangkap mimpi sampai vas bunga anggrek dan lainnya.

“Ini semua agar kebutuhan keluarga bisa terpenuhi setiap hari, apalagi tinggal saya sendiri yang banting tulang demi anak-anak,” tutupnya.

Adapun harapan agar usahanya bisa berlanjut, Sahrini sampaikan, modal khusus membeli mesin jahit otomatis dengan harapan bisa membuat tas sebanyak-banyaknya. Apalagi selama ini, belum pernah mendapatkan bantuan pemerintah. 

“Harapan saya hanya bantuan mesin jahit otomatis dari pemerintah,” pintanya.

Penulis: Vikar Embo

Artikulli paraprakDinsos Kotamobagu Mendata Jumlah Anak di LKSA
Artikulli tjetërPeringkat 1 FIFA Bertemu Juara Bertahan di 16 Besar Euro 2020

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini