
KOTAMOBAGU- Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan. Mulai dari tarian, musik, adat, bahasa, dan lain sebagainya.
Bangsa kita juga memiliki kurang lebih 742 bahasa daerah, 33 pakaian adat dan ratusan tarian adat.
Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang harus kita syukuri dan lestarikan. Dengan keanekaragaman kebudayaannya, Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan negara lainnya karena mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi.
Mirisnya, tak sedikit anak muda yang malah lebih senang menarikan tarian modern dari pada tarian tradisional.
Dari waktu kewaktu, tarian tradisional sudah mulai tertutupi oleh adanya tarian modern mekipun tidak semua, tarian tradisional kini sudah tidak dilirik lagi, bahkan anak-anak hingga kaum muda kini sudah lebih mengenal tarian modern daripada tarian tradisional.
Namun hal itu ternyata tidak mempergaruhi keinginan pemuda di Desa Kopandakan 1, Kecamatan Kotamobagu Selatan, untuk mempertahankan warisan budaya.

Dengan komitmen yang besar, pemuda di desa ini melakukan pelatihan tarian hingga alat musik tradisional khas Bolaang Mongondow Raya, sebagai salah satu langkah menjaga dan melestarikan kebudayaan dan adat istiadat daerahnya.
Hampir setiap malam, puluhan pemuda hingga remaja berlatih tarian daerah seperti tarian Tuitan, Kabela, Dana-Dana dan permainan alat musik tradisional Kulintang, di replika rumah adat kerajaan Bolaang, Komalig, yang dibangun di samping Kantor Desa Kopandakan 1.
“Kami pemuda Desa Kopandakan 1 berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya daerah kita sendiri,” ujar Revin Agantu kepada Portalmongondow.com.
Menurutnya, jika pemuda tidak memiliki inisiatif dan semangat, maka kebudayan yang dimiliki akan punah seiring majunya teknologi.
“Siapa lagi yang akan melestarikan kalau bukan kita generasi penerus bangsa ini. Tidak ada istilah gengsi bagi kami pemuda Desa Kopandakan 1 untuk tampil dan berlatih tarian dan alat musik tradisional,” ujarnya.
Ia menambahkan, sebagai warisan, budaya daerah jangan pernah dilupakan oleh seluruh pemuda.
“Jika Mogoguyang (nenek moyang) kita dulunya gengsi, maka tidak ada yang kita dapatkan sebagai anak cucu daerah ini. Mari kit kuatkan jati diri kita sebagai generasi Bolaang Mongondow Raya. Meski kita kaum millenial, tapi jangan pernah lupakan sejarah dan adat serta budaya daerah kita tercinta,” pungkasnya.