
KOTAMOBAGU- Penyandang disabilitas sejatinya bukan hanya membutuhkan belas kasih, tetapi lebih dari itu, mereka juga membutuhkan pekerjaan.
Akan tetapi, untuk memperoleh pekerjaan tersebut, penyandang disabilitas masih dihadapkan dengan stigma, ketakutan, dan kekurangtahuan hingga akhirnya pekerjaan sulit mereka dapatkan.
Memiliki kekurangan bukanlah suatu halangan bagi mereka yang menderita untuk memulai karir. Pada dasarnya mereka yang disebut sebagai penderita difabel masih bisa memulai karir mereka.
Beberapa penderita difabel bisa membuktikan bahwa dirinya mampu untuk meraih prestasi. Memiliki kekurangan bukanlah lagi menjadi halangan untuk bekerja seperti halnya orang normal.
Saat ini para penderita difabel sudah dapat bekerja dibeberapa bidang pekerjaan yang tidak berbeda jauh dengan orang normal lainnya. Penyandang disabilitas masih mampu untuk memiliki keterampilan, pengetahuan dan keterampilan.
Layaknya orang normal saat ini penderita disabilitas juga bisa untuk beraktivitas di berbagai bidang bahkan perusahaan sekalipun.
Dengan memberikan dorongan dan pelatihan keterampilan, penyandang disabilitas akan lebih merasa diperhatikan dan akan tampil percaya diri untuk membuktikan mereka berhak untuk meniti karir.
Di Kotamobagu, titik harapan itu dibuka oleh salah seorang warga asal pulau Jawa yang berdomisili di Kelurahan Motoboi Kecil, Kecamatan Kotamobagu Selatan, Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara.
Ezha Bagus begitu pria pemilik Barbershop Nathan yang populer di Kotamobagu ini akrab disapa.
Ia memberikan peluang besar bagi puluhan penyandang disabilitas di Kotamobagu bahkan di Bolaang Mongondow Raya (BMR), untuk mengembangkan bakat dan keterampilan agar bisa menunjukan bahwa disabilitas bukan sebuah jeruji besi penghalang harapan dan cita-cita untuk maju dan mandiri.
Empat hari di setiap pekan, anak-anak berkebutuhan khusus dilatih memangkas rambut, melukis, musik dan beberapa keterampilan lainnya.
Saat ditemui di Barbershop miliknya, Ezha mengaku, dengan memberikan pelatihan keterampilan, penderita difabel akan mampu keluar dari ketidakpercayaan diri.
“Mereka membutuhkan kita. Bukan soal materi, tapi bagaimana kita memberikan mereka harapan besar untuk maju seperti orang normal pada umumnya. Saya yakin mereka memiliki kemampuan yang luar biasa yang masih tersimpan. Nah, tugas saya hanya membangkitkan itu agar mereka produktif dan bisa mandiri,” katanya.
Melihat penyandang disabilitas kata Ezha, jangan hanya sebelah mata. Jika kepedulian itu diberikan, akan melahirkan sebuah keajaiban yang banyak orang tak memahaminya.
“Seharusnya penilaian dilakukan terhadap hasil kerja dan karya mereka, bukan melihat segi fisiknya atau kekurangannya saja. Sebab, mereka bahkan lebih jenius dari kita yang memiliki fisik normal,” ujar Ezha.
Lanjut Ezha yang juga sebagai pengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) yang terletak di Desa Poyowa Besar II ini, para siswa oendetita difabel ini diberikan jadwal untuk latihan keterampilan.
“Jadi saya bagi jadwal. Biasanya 4 sampai 5 orang dalam sehari yang saya ajarkan keterampilan secara praktik. Misalnya pangkas rambut yang langsung dipraktikan kepada pelanggan dengan mengikuti arahan dari saya. Alhamdulillah progresnya sangat baik dan pelanggan pun banyak yang puas dengan hasil pangkas rambut anak-anak didik saya,” ujarnya.
Meski demikian tambah Ezha, setiap anak penyandang disabilitas atau berkebutuhan khusus dibagi atas minat dan bakatnya.
“Kan beda-beda minat dan bakat mereka. Ada yang saya ajarkan mural atau melukis, bermain musik, tata rias hingga keterampilan barber. Nah, karena tujuan saya bagaimana agar nanti mereka produktif dan mampu berkarir di bidang usaha, maka secara keseluruhan saya ajarkan agar semuanya mereka tahu dan faham,” ungkapnya.
“Tapi, memang dibagi, seperti tuna tunggu mereka kebanyakan dilatih barber dan mural. Sementara tuna netra kebanyakan pada musik, begitupun yang lainnya disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Tapi kita fokuskan pada 1 budang dulu, jika sudah terampil maka akan dipindah pada keterampilan lainnya,” tambahnya.
Ia berharap, tak hanya dirinya yang memiliki keinginan untuk memberikan wadah belajar keterampilan bagi penyandang disabilitas.
“Semua yang belajar keterampilan ini semua berstatus siswa SMA. Nah, jika nanti lulus, Insha Allah mereka bisa langsung terjun ke dunia usaha atau berwirausaha. Semoga kawan-kawan dan masyarakat lainnya bisa membantu mereka untuk memberikan peluang dan harapan agar mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan yang pasti bisa mandiri,” harapnya.