
KOTAMOBAGU- Kualitas pembelajaran yang diperoleh oleh anak-anak di sekolah bukan hanya tanggung jawab kepala sekolah dan guru, namun menjadi tanggung jawab orang tua juga.
Sebaik apapun pelajaran yang diperoleh para siswa, jika tidak ada keberlanjutannya saat di rumah, maka hasil pembelajaran yang didapatkan oleh anak-anak pun tidak akan optimal.
Maka diperlukan kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua siswa. Orang tua —sebagai bagian dari ekosistem pendidikan—memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran di sekolah.
Oleh karena itu, untuk menjembatani komunikasi antara pihak sekolah dan orang tua siswa yang langsung berkaitan dengan substansi pendidikan dan teknis pembelajaran, pihak sekolah di SMP Negeri 1 Kotamobagu, membentuk forum atau paguyuban orang tua siswa.
“Dibentuknya paguyuban orang tua skswa ini, sebagai wujud nyata upaya untuk turut aktif terlibat dalam bidang pendidikan sebagai bagian dari ekosistem,” kata Kepala SMP Negeri 1 Kotamobagu, Hendra Mokoagow, S.Pd.
Hendra menjelaskan, tujuan paguyuban, agar sesama orang tua siswa saling mengenal lebih dekat, menumbuhkan rasa persaudaraan dan solidaritas di antara orang tua siswa, sehingga ada kesempatan bagi mereka untuk bertemu dan mendiskusikan banyak hal untuk perbaikan dan kemajuan sekolah.
“Dengan cara ini, pihak sekolah tidak merasa sendirian, tapi memiliki partner atau teman untuk bersama-sama saling memajukan sekolah,” ujarnya.
Dengan demikian lanjut Hendra, upaya meningkatkan kualitas pengajaran dan pendidikan bagi siswa di SMP Negeri 1 Kotamobagu, akan lebih kreatif yang bersifat partisipatif dan kolaboratif.
Bahkan, pendidikan dengan cara pandang seperti ini kata Hendra, tidak lagi menjadi sebatas program, tapi gerakan.
“Ada perbedaan mendasar antara program dan gerakan. Pendidikan dipandang sebagai program, jika pendidikan dilaksanakan secara parsial oleh sebuah unit pendidikan, misal sekolah. Sedang pendidikan yang didekati sebagai sebuah gerakan meniscayakan keterlibatan semua pemangku kepentingan pendidikan, atau dalam istilah sekarang “ekosistem pendidikan”. jelasnya.
Ia berharap, agar para orang tua siswa terlibat aktif di sekolah, ini sesuai dengan strategi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, bahwa tujuan pendidikan tidak semata-mata membentuk insan pendidikan yang cerdas, tapi juga ekosistem pendidikan yang cerdas dan berkarakter dengan dilandasi semangat gotong royong.
“Alhamdulillah, sejak dibentuk belum lama ini, paguyuban SMP Negeri 1 Kotamobagu mendapat respon yang positif dari semua orang tua siswa. Bahkan, turut memberikan dampak yang nyata dalam membangun sistem pendidikan yang bermutu, berintegritas, mandiri dan transparan,” tukasnya.
“Di SMP Negeri 1 Kotamobagu terdapat 27 kelas. Masing-masing paguyuban kelas dibentuk pengurusnya. Selain itu, paguyuban ini diharapkan mampu bekerja sama dengan sekolah dalam rangka penyelesaian masalah anak, tumbuh kembang anak, hingga proses melakukan evaluasi peningkatan kualitas anak akan berjalan baik,” sambungnya.
Ditambahkan Hendra, paguyuban yang dibentuk setiap kelas, dibuatkan grup diskusi melalui aplikasi pesan instan, Whatsapp.
“Di dalam grup, setiap hari kami diskusikan tentang apa saja persoalan yang dihadapi anak ketika belajar. Tak hanya itu, semua proses kegiatan belajar mengajar akan terUpdate melalui grup Whatsapp. Sehingga, orang tua dapat mengetahui perkembangan anaknya selama melaksanakan kegiatan belajar di sekolah,” pungkasnya.