
KOTAMOBAGU- Jauh sebelum merebaknya kedai kopi kekinian, ngopi sebenarnya sudah menjadi gaya hidup masyarakat Kotamobagu.
Tradisi minum kopi di Nusantara bisa dilakukan pada pagi hari saat waktu senggang, pada siang hari, bahkan sampai malam.
Meski demikian, dalam dua tahun terakhir ini kebiasaan nongkrong di kedai kopi kembali menjadi trand.
Kedai-kedai kopi kini hadir dalam konsep desain yang menarik dan Instagramable. Kedai Kopi yang menjamur di Kotamobagu terlihat tak pernah sepi dari pengunjung.
Pemilik kedai kopi pun seakan berlomba untuk menjadikan kedai kopinya patut dikunjungi. Baik dari segi desain interior, varian kopi yang tersedia, peralatan moderen peracik kopi, hingga fasilitas lainnya seperti wifi dan live music.
Namun berbeda dengan kedai kopi Binago’an milik Didin Paputungan yang terletak di Desa Poyowa Besar I, Kecamatan Kotamobagu Selatan ini.
Kedai kopi yang baru dibuka beberapa pekan ini, justeru mengusung konsep kearifan lokal dengan menyajikan kopi tradisional khas Kotamobagu.
Penyajiannya pun terbilang sangat sederhana. Menariknya, dalam sehari, kedai kopi ini bisa mencapai puluhan pengunjung dari berbagai kalangan.
Meski menu kopi yang sederhana dan bisa dilakukan oleh setiap orang, namun konsep interiornya tidak ketinggalan jaman.
Jika berada di kedai kopi ini, anda pastinya tak tahan untuk tidak berfoto. Tempatnya pun sangat nyaman dengan menggunakan sentuhan interior klasik dengan gambar dinding bertuliskan kata-kata berbahasa daerah.
“Saya sengaja mengusung konsep kearifan lokal tapi tak meninggalkan aroma kekinian nya dong. Alhamdulillah, banyak yang suka berlama-lama di kedai ini sambil nyeruput kopi hitam tradisional,” kata Didin.
Soal harga, Didin pun tak tanggung-tanggung mematok harga lebih murah dibandingkan kedai kopi lainnya di Kotamobagu.
Hanya dengan Rp5000, anda sudah bisa mendapatkan secangkir kopi jenis Arabika maupun Robusta yang juga diolah secara tradisional.
“Sore hari menjelang petang, banyak orang tua yang ngopi di sini. Malam hari, anak muda yang mendominasi,” kata pria berusia 22 tahun ini.
Dipilihnya konsep tersebut lanjut Didin, agar masyarakat akan tetap mengingat pentingnya melestarikan budaya daerah.
“Niat saya sih, gimana kedai kopi ini bisa membawa budaya kita bisa di kenal luas. Mulai dari nama dan kopi yang disajikan yang sudah menjadi kebiasaan dan tradisi nenek moyang kita. Intinya, saya menjaga original kopi ini tetap terjaga,” pungkasnya.