
KOTAMOBAGU- Kopi merupakan minuman terpoluler di seluruh dunia. Dari sekian banyaknya penggemar kopi, pecinta kopi atau hanya sekadar suka-suka, sedikit sekali yang mengetahui bagaimana kopi itu sampai berbentuk cairan hitam di cangkir-cangkir para peminumnya.
Pemahaman tentang bagaimana awal bentuk kopi saat masih mentah (Biji Kopi) atau yang biasa disebut Green Bean menjadi salah satu kewajiban untuk mengelola usaha olahan kopi.
Di Kota Kotamobagu sendiri sudah banyak pemilik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang menggeluti usaha olahan biji kopi ini. Namun, yang memiliki ICERT atau Sertifikat Kopi Organik dari Lembaga Sertifikat Organik (LSO) nyatanya baru usaha Kopi Mopira milik Hartopo Pobela (35) warga Desa Bilalang I, Kecamatan Kotamobagu Utara saja.
Menurut Hartopo, usaha yang ia geluti sejak tahun 2016 kemarin, sudah ia pasarkan lewat perusahaan Retail minimarket Indomaret se-Sulawesi Utara.
“Kita sudah bekerjasama dengan Indomaret. Dimana, jika ada pesanan (PO) dari pihak Indomaret, kita langsung mengirim 200 hingga 300 bubuk Kopi Mopira yang sudah dikemas. Tak hanya itu saja, kemarin juga ada yang memesan dari Kota Makassar dan Gorontalo,” ujarnya.
Setiap kemasan kopi mopira lanjut Hartopo, ia jual dengan harga yang cukup murah. Untuk bungkusan besar Rp25.000, sedangkan bungkusan kecil Rp10.000.
“Soal rasa bisa diuji. Sebab, semua proses yang kami lakukan langsung diawasi. Apalagi, kami sudah memiliki sertifikat kopi organik yang berdokumen lengkap. Maka dari itu, kualitas daripada produk kopi mopira akan kami jaga kestreliannya,” ungkap Hartopo.
Sedangkan soal kemasan tambah Hartopo, ia menggunakan plastik jenis Aluminium Foil yang dipesan langsung dari Pulau Jawa. Dimana, kemasan tersebut memiliki ketahanan yang tidak dimiliki jenis plastik lainnya.
“Hal ini juga berkat sentuhan Pemerintah Kota (Pemkot) Kotamobagu yang telah membantu memfasilitasi dengan pihak indomaret dan juga telah memberikan logo Hallal pada usaha kami ini.” Jelasnya.
Sekedar diketahui, Kopi Mopira yang mengelola kopi jenis Robusta dibawah naungan Kelompok Tani Bangelon II ini, masuk di salah satu 1000 desa organik Nawacita se-Indonesia.