
KOTAMOBAGU– Menjadi ketua dalam komunitas Ikatan Seniman Totabuan (Ikasto), membuat Chairul Ahmad Luli, menambah daftar kesibukannya sebagai seorang seniman senior di Bolaang Mongondow Raya.
Pria 44 tahun ini, sudah menggeluti dunia seni sejak masih duduk di bangku SMP. Keberhasilannya dalam menggarap sejumlah album musik, menjadikan pria yang disapa Om Ung ini menjadi salah satu inspirator dalam mengembangkan kreatifitas seni.
Tak heran, banyak karyanya sangat dikenal di seantero Bolmong Raya hingga Sulawesi Utara. Juga, kepiawaiannya dalam seni membuat dirinya didaulat sebagai ketua umum Ikasto 2017 lalu.
Saat diwawancarai secara eksklusif di kediamannya, Desa Poyowa Kecil, Kecamatan Kotamobagu Selatan, Chairul mengaku berprofesi sebagai seorang seniman adalah hal yang paling istimewa.
“Menjadi seniman itu adalah anugerah yang indah dalam hidup. Tak mudah menjadi seorang seniman. Seniman adalah orang-orang berani, punya skil dan terampil, kemauan tinggi dan kerja keras adalah kuncinya,” kata Chairul, Jumat (24/8/2018).
Tak hanya itu, Chairul pun mengatakan, profesi seniman adalah sebuah pekerjaan yang berbeda dengan profesi lainnya.
Bahkan, berprofesi sebagai seniman tak terbatas dalam ruang kreatifitas, hingga batasan usia.
“Kami adalah seniman, dan kami tidak akan pernah pensiun. Bahkan jika kami meninggal, karya kami akan tetap hidup kapan saja dan tak lekang oleh waktu,” kata dia.
Memang, menjadi seniman tidak serta merta akan merubah seseorang menjadi kaya raya seketika. Namun, seniman mampu melahirkan karya yang mahal dan tidak bisa dilakukan oleh kebanyakan orang.
“Itulah mengapa seni adalah hal yang terlihat mudah namun sulit dilakukan. Sebab kita dituntut untuk melahirkan sebuah karya yang terbaik. Jika orang lain bekerja untuk mendapatkan gaji, maka kami lewat karya kami, mampu mendatangkan rezeki,” ujarnya.
“Pokoknya kalau sudah kenal yang namanya seni, maka kita akan tahu bagaimana tantangan yang sebenarnya,” kata Chairul.
Ia pun berharap, dengan adanya wadah apresiasi bagi pegiat seni di Bolmong Raya, dapat mampu melahirkan karya yang mampu mendorong ekonomi, baik seniman itu sendiri maupun masyarakat dan daerah.
“Ikasto hadir sebagai solusi dimana kita harus benar-benar mengembangkan skil maupun pengetahuan akan karya seni. Seni tak ada matinya. Tergantung usaha dan ikhtiar kita seperti apa, dan Tuhan adalah penentu segala-galanya,” imbuhnya.
“Pesan saya, jangan pernah memandang seni sebagai penghambat karir, melainkan sebagai pemicu dan pemacu semangat diri sendiri. Dan sekali lagi, seniman adalah profesi yang timbul dari hati dan imajinasi. Berkaryalah dan tunjukan pada dunia kita di Bolmong Raya mampu,” harapnya.